Tunawisma yang Berprofesi Sebagai Ojek Sepeda
Para pengojek sepeda ini biasanya mangkal di depan Stasiun Jakarta Kota di sisi Barat dan Utara, Pasar Esemka, Kota Tua, Glodok, TPI Muara Baru dan Muara Angke.
Para pengojek sepeda ini biasanya mangkal di depan Stasiun Jakarta Kota di sisi Barat dan Utara, Pasar Esemka, Kota Tua, Glodok, TPI Muara Baru dan Muara Angke.
Nama panggilannya Roy, nama di KTP Abdul Jair, dia sebelumnya bekerja sebagai pemulung, setiap dua hari sekali hasil pulungannya dijual dan ditimbang dengan pendapatan rata-rata 100 ribu.
Pak Mujahid asal Cirebon (55 th), ayahnya meninggal sejak ia kecil, hanya sampai bertahan kelas 3 SD. Dia memiliki aeorang istri dengan empat orang anak dan dua cucu. Dua yang sudah menikah dan duanya lagi ikut ibunya di kampung
Café pinggir rel kalau malam hari terdengar suara music berdentum saling bersahut-sahutan dan lampu kerlap kerlip di antara remang malam di pinggir rel kereta. Sementara di bawah café pinggir rel ada terowongan jalan yang muat untuk satu kendaraan mobil.
Ada empat orang yang sering mangkal di perempatan jalan lampu merah dengan badan dilumuri serbuk perak dan dibaluri minyak sayur untuk merekatkan serbuk perak di tubuh. Dua di antara empat orang ini ada suami istri, yang istrinya sedang hamil 4 bulan.
Diduk, Adek dan Galang pengamen keliling ondel-ondel. Diduk sebagai penari yang membawa ondel-ondel, Adek dan Galang bergantian mendorong gerobak musik sambil meminta saweran.